Sabtu, 23 November 2013

Defenisi

Halooooooooooooooooo..........
ketemu lagi kitee :), yaap postingan kali ini membahasa defenisi dari Mitigation, Preparadness,Response, dan Recovery, ok let's go. 

  1. Mitigation (Pencegahan) adalah upaya atau langkah-langkah yang dilakukan untuk mengiliminasi atau mengurangi dampak/resiko bencana yang mungkin terjadi baik secara fisik-struktural maupun non fisik-struktural dimasa depan dalam jangka panjang terhadapa manusia maupun harta benda, sehingga resiko yang terjadi tidak berulang.
  2. Preparadness (Kesiapan) adalah upaya atau langkah-langkah yang di lakukan untuk mengantisipasi sebelum terjadi bencana melalui pengorganisasian langka-langkah yang tepat guna dan berdaya guna, seperti rencana evakuasi, rencana penyelamatan korbanjiwa dan lain sebagainya.Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya korban jiwa maupu harta benda.
  3. Response (Tanggapan) adalaha upaya atau langkah-langkah  yang dilakukan sebelum, selama dan seketika terjadi bencana yang bertujuan menyelamatkan nyawa, meminimalisir kerusakan terhadap harta benda, yang mungkin terjadi.
  4. Recovery (Pemulihan) adalah tahap akhir dalam artian proses memulihkan atau mengembalikan segala bentuk kerusakan baik dari segi jasmani dan rohani untuk kembali ke keadaan normal, seperti pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll)

okee itu dia defenisi dari beberapa istilah dalam penanganan bencana :) , selanjutnya ini tentang pendapat saya sebagai calon Arsitek kenapa dalam merancang kota harus memperhatikan bencana yang mungkin timbul. 

Menurut saya hal ini harus diperhatikan karena bencana akan muncul secara tiba-tiba dan hal tersebut akan menimbulkan korban jiwa dan tidak menutup kemungkinan kita termasuk saya bisa menjadi korban bencana tersebut, selain itu kerusakan sudah pasti terjadi dan itu akan menyebabkan kerugian besar seperti harta benda, bangunan-bangunan.


Referensi :
http://dedibiologi.blogspot.com/2011/04/manajemen-bencana.html
http://beblessandbeimpact.blogspot.com/2010/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_29.html
http://mpbi.org/files/ruupb/BAB%20V%20RUANG%20LINGKUP%20PENGATURAN.pdf

Selasa, 05 November 2013

Bentuk Kota

Yuhuuu seperti biasa manteman resume, kali saya dapat tugas untuk mencari bentuk-bentuk kota :)let's gooooooooooooooooooooooooooo ......

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kota adalah bentuk kota. Bentuk kota adalah pola atau wujud yang terbangun dari sebaran kawasan non pertanian/perkotaan (atau disebut sebagai kawasan terbangun).

Bentuk kota dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
  • Pola jaringan jalan
  • Daya dukung lahan
  • Sebaran sumberdaya alam
  • Kebijakan pemerintah  
Jenis Bentuk Kota 

1. Linier

Perkembangan yang diatur sepanjang ‘Coridor’, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi dari bentuk ‘star’. linier merupakan bentuk awal sebuah bentuk kota, linier juga merupakan produk dari revolusi industri, bentuk ini juga memudahkan pergerakan orang dan barang. Contoh : Madrid




2. Spreadsheet/Grid
Bentuk grid ini mempunyai hirarki, dan bergantung satu sama lain. dan setiap grid dihubungkan dengan jalan. Merupakan penyebaran dari pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan untuk kota yang daerahnya datar. Contoh : Los Angeles, Tokyo


3. Octopus/Star Shaped Cities (Bentuk Gurita/Bintang)
Dasar dari bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka. Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam “ribbon-shaped city”. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah “hinter land” dan pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaannya.



4. Finger sheep

5. Sporadis

6. Ring/Circuit Lineair or Ring Plan (Bentuk Cincin)
Dalam bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar. Di bagian tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat mungkin dapat berkembang menjadi kota-kota besar. Contoh nyata dari pada “ring cities” adalah “Randstad Holland” di Negeri Belanda, yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil lainnya.




7. Spider Web
Merupakan salah satu bentuk kota yang sangat umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala kegiatan yang sangat vital dengan perkembangan disekitarnya. Contoh : Dallas

8. The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar)
Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang “relatif” seimbang dan kendala fisikal “relatif” tidak begitu berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah jalur yang bersangkutan (Nelson, 1908).

                                         
9. The Rectangular Cities (Bentuk Empat Persegi Panjang)
Melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota pada salah satu sisi-sisinya, (Nelson, 1958).

                                              
10. Satelite and Neighbourhood Plans (Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat Baru)
Pengembangan kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke kota utama dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang ada di kota-kota satelit sehingga memperluas “working opportunities” nya. Contoh : Kota Stockholm, London, Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila, Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa “concentric development” mendominasi perkembangan areal kekotaannya pada “main urban center” maupun pada kota-kota satelitnya.

                                                 
 11.  Fan Shaped Cities (Bentuk Kipas)Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
Hambatan-hambatan alamia (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan.
Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.


Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan “green belt zoning” atau “growth limitation” dengan “ring roads”. Dengan demikian terciptalah bentuk bulat arcificial.

                                 
12. Polycentred 
Bermacam penyebaran kota secara teratur dengan dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan ruang terbuka yang merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh : Detroit.

13. Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita)
Sebenarnya bentuk ini juga mirip “regtangular city” namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping.

                                     
14.  Stellar Cities (Bentuk Stellar)
Kondisi morfologi kota seperti ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak pohon”, dimana pada ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan telekomunikasi, mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kenampakan ini. Proses konurbasi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan.

                                             
15. Walled CityWalled City 
Terbentuk karena pertumbuhan kota yang di batasi oleh kondisi fisik topografi misalnya seperti Laut, Gunung dan lain sebagainya.

                                             
16. Concellation City
Pertumbuhan kota secara melompat-lompat wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur transportasi jalan dari pusat ke wilayah-wilayah masing-masing                                                                                      


Rabu, 30 Oktober 2013

Energi dan Transportasi

Energi dan Transportasi

Sebagai bagian dari populasi dunia yang hidup di kota-kota tumbuh hampir 70% pada tahun 2050 dan konsumsi energi untuk transportasi di kota-kota diharapkan dua kali lipat , kebutuhan yang efisien , terjangkau , aman dan berkapasitas tinggi solusi transportasi akan menjadi lebih akut.

Langkah kritisl untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi perkotaan diperlukan tidak hanya untuk alasan keamanan energi , tetapi juga untuk :
  1. Mengurangi iklim negatif
  2. Kebisingan
  3. Polusi udara
  4. Kemacetan dan dampak ekonomi kenaikan volume angkutan perkotaan .
Tujuan perencanaan kebijakan dan solusi desain perkotaan harus mengurangi kebutuhan untuk gerakan menggunakan mobil pribadi. Perencanaan dan perancangan bentuk perkotaan untuk mengurangi kebutuhan mobilitas adalah solusi jangka panjang untuk masalah yang dihadapi masyarakat . Hal ini tergantung pada individu secara bertahap mengubah gaya hidup mereka untuk satu yang kurang tergantung pada mobil pribadi untuk mobilitas

Tiga puluh tahun yang lalu bahwa pembatasan penggunaan mobil pribadi harus dikenakan untuk melindungi lingkungan lokal dari :
  • Asap Noxious
  • Kebisingan dan visual yang degradasi
  • Untuk mengurangi stres yang ditempatkan pada iklim oleh gas rumah kaca .
Jalan lalu lintas dan polusi
Sistem transportasi kota tidak dapat diselesaikan dengan membangun jalan lebih atau luas, karena seperti itu tidak akan pada akhirnya memecahkan masalah .

Kebutuhan untuk gerakan kota mengandalkan penggunaan lebih besar :
  • Transportasi umum
  • Bersepeda dan
  • Berjalan ( untuk setiap mobilitas yang diperlukan )
Delapan tujuan untuk mencapai kebijakan transportasi berkelanjutan ( komisi kerajaan tentang pencemaran lingkungan , 1994 )
  • Untuk memastikan bahwa kebijakan transportasi yang efektif di semua tingkat pemerintah terintegrasi dengan kebijakan penggunaan lahan dan memberikan prioritas meminimalkan kebutuhan untuk transportasi dan meningkatkan proporsi perjalanan dengan lingkungan yang kurang merusak mode.
  • Untuk mencapai standars kualitas udara yang akan mencegah kerusakan pada kesehatan manusia dan lingkungan .
  • Untuk meningkatkan kualitas hidup , terutama di kota-kota , dengan mengurangi dominasi mobil dan truk dan menyediakan sarana alternatif akses .
  • Untuk meningkatkan proporsi perjalanan pribadi dan angkutan barang dari dengan environmenttally kurang merusak mode dan untuk membuat penggunaan terbaik dari infrastruktur yang ada .
  • Untuk menghentikan hilangnya lahan untuk mengangkut infrastruktur di daerah-daerah konservasi , budaya , pemandangan atau kemudahan nilai , kecuali penggunaan lahan untuk tujuan yang telah menunjukkan untuk menjadi yang terbaik pilihan lingkungan praktis .
  • Untuk mengurangi emisi karbon dioksida dari transportasi .
  • Untuk mengurangi secara substansial tuntutan yang mengangkut infrastruktur dan tempat industri kendaraan pada bahan non - terbarukan.
  • Untuk mengurangi gangguan kebisingan dari transportasi.
Terima Kasih

Referensi :

Bangunan dan Energi di Kota Berkelanjutan

Hallo , masih seperti biasa resume untuk mata kuliah Rancang Kota Berkelanjutan :)
kali ini kita membahas tentang energi bangunan dan energi dikota berkelanjutan

50 % dari konsumsi bahan bakar fosil di dunia secara langsung berkaitan dengan pelayanan dan penggunaan bangunan. Menurut ( Birkeland , 2002) Desainer, pengembang dan pengguna bangunan, harus hati-hati dalam memilih, Bahan yang ramah lingkungan, dengan menggunakan pendekatan desain ekologis , dan perawatan yang masuk akal dan penggunaan bangunan bisa mengurangi jumlah polutan lingkungan ( Birkeland , 2002)

Definisi jejak karbon adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh pribadi atau kelompok dalam melakukan kegiatan per periode tertentu.

Komponen jejak karbon di bangunan
  1. Ibu kota lingkungan intrinsik dalam pembangunan, Energi dan sumber daya yang dikeluarkan dalam pembuatan dan transportasi bahan, energi yang dibutuhkan untuk menyiapkan dan melayani situs, dan kemudian membangun bangunan.
  2. Jejak energi meluas untuk memasukkan energi yang digunakan untuk mempertahankan dan menjaga pengembangan dan persyaratan layanan harian setelah itu digunakan.
  3. Energi yang penghuni keluarkan dalam bergerak antara bangunan dan seluruh kota , bersama-sama dengan energi yang dibutuhkan untuk memberi makan penghuni .
  4. Energi yang dibutuhkan untuk menghancurkan pembangunan dan membersihkan tempat saat telah mencapai akhir masa pakainya .
Pembangunan itu energi jejak : Bahan Bangunan
  • Dalam memilih bahan bangunan pertimbangan pertama adalah jumlah energi yang digunakan dalam pembuatannya .
  • Sebagai panduan kasar namun, intensitas energi dari bahan bangunan akan bertindak sebagai panduan untuk kehijauan nya ( vale dan vale , 1991) .
  • Bahan bangunan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok luas sesuai dengan kandungan energi : sedang, rendah, dan tinggi.
  • Kandungan energi bahan ditunjukkan dalam tabel diukur dalam kilowatt - jam per kilogram .
  • Bobot masing-masing bahan bangunan harus diketahui jika perancang ingin memperkirakan kandungan energi total konstruksi selesai .
  • Kandungan energi dari bahan bangunan terhubung dengan sifat proses penyempurnaan .
  • Secara umum bahan-energi rendah, cenderung menjadi yang paling mencemari sebagai energi yang sudah kurang digunakan.
  • Untuk mencapai Struktur berkelanjutan bahan berenergi rendah harus digunakan dalam preferensi untuk orang-orang dari kandungan energi tinggi.
Pertimbangan lain dalam pemilihan bahan bangunan hijau adalah energi yang dikeluarkan dalam transportasi mereka ke tempat pembuatan dan dari sana ke tempat bangunan dengan menggunakan bahan bangunan lokal . Bangunan harus terletak pada rute angkutan umum dan memiliki hubungan dekat dengan bagian lain dari struktur perkotaan untuk mengurangi komunitas mobil - ketergantungan .

terima kasih

Referensi :
http://www.slideshare.net/fahmyatauhid/building-and-energy-in-the-sustainable-city

Selasa, 22 Oktober 2013

Sustainable City #2

Haloo ini masih lanjutan tulisan sebelumnya yach :)
Sebelumnya saya sudah membahas tentang Kelestarian lingkungan dan Transportasi, selanjutnya yang akan saya bahas adalah Manfaat Sosial dan Kelayakan Ekonomi.

C. Manfaat Sosial
Klaim tentang pengaruh bentuk perkotaan terhadap keberlanjutan sosial adalah isu-isu kompleks yang mencakup dari keduanya yaitu kualitas hidup dan keadilan sosial.

menurut (Urban Task Force) densitas yang lebih tinggi dan dicampur menggunakan bentuk perkotaan akan memimpin sebuah kualitas hidup yang lebih baik karena lebih banyak interaksi sosial, semangat masyarakat dan vitalitas budaya, menurut (Rudlin dan Falk,1999) sebagian karena kedekatannya dengan bekerja, toko , pendidikan dan rekreasi.

selain itu (Urban Task Force, 1999) juga mengemukakan tentang manfaat sosial yaitu :
  • memiliki berbagai kegunaan dan jarak untuk mengaksesnya dekat ini juga dilihat sebagai kunci untuk mencapai manfaat sosial.
  • terutama untuk yang kurang beruntung dalam masyarakat yang mungkin tidak memiliki sumber daya ( dan bagi mereka yang tidak ingin ) untuk memiliki mobil.


sejumlah pendapat yang positif tentang bentuk kota terhadap keadilan sosial, diantaranya :
  • akses yang lebih baik untuk fasilitas dan pekerjaan
  • transportasi publik yang lebih baik
  • kesempatan untuk berjalan dan bersepeda
  • tingkat yang lebih rendah dari segregasi sosial
  • kejahatan kurang (Burton,2000)
  • lebih banyak interaksi sosial dan vitalitas (Williams,2000)
Selain pendapat yang positif , ada pula pendapat dampak negatif bentuk kota terhadap keadilan sosial, diantaranya :
  • akses yang lebih buruk terhadap ruang hijau
  • kesehatan yang buruk
  • mengurangi ruang hidup
  • perumahan kurang terjangkau (Burton,2000)
  • ketegangan sosial
  • takut kejahatan
  • efek tetangga yang buruk (Williams,2000)
isu-isu lain tentang ekuitas perkotaan dan sosial kompak :
  • bentuk penerimaan saat tinggal di perkotaan (Jenks,2000)
  • kapasitas sosial di luar lingkungan yang mulai tidak berkelanjutan (Williams et al.,1999).
  • sikap orang dan sejauh mana mereka ingin tinggal di lingkungan yang lebih (Jenks dan Jones Eds.2010)
D. Kelayakan Ekonomi
Bentuk kepadatan lebih tinggi mendukung penyediaan layanan lokal lebih beragam dengan membuat bisnis lokal dan unit yang lebih layak , sekaligus memperkuat rantai pasokan lokal.

kepadatan lebih tinggi digunakan daerah pusat untuk mendorong lebih banyak interaksi dan jaringan yang mempromosikan inovasi dan kreativitas dan karena pertumbuhan endogen yang lebih besar termasuk pembentukan cluster ekonomi.

konsolidasi perkotaan mengurangi biaya infrastruktur melalui skala ekonomi dan jaringan, penggunaan kembali kapasitas yang ada, sementara meningkatkan nilai tanah dan sebagainya membuat ( re - ) pembangunan yang lebih layak, sehingga memperkuat strategi spasial.

Penelitian telah menunjukkan bahwa jangkauan dan kualitas layanan lokal cenderung lebih besar di daerah kepadatan tinggi , terutama pusat/nodal tempat, tapi terkenal dalam ekonomi dan teknologi dari beberapa sektor yang masih mengarah ke rasionalisasi dalam unit yang lebih besar , yang dapat mencari non-pusat lokasi atau tempat.
Sekian dulu yah tulisan kali ini, semoga bermanfaat ;)
Terima Kasih

Referensi :
Materi Kuliah
http://www.slideshare.net/fahmyatauhid/susatainable-city-2

Sustainable City #1


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu;)
Halooooo,,,
Kembali lagi ke rutininas seperti biasa yaitu membuat resume yeachhhhh \o/, resume kali ini masih membahas tentang Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

menurut (Doni J Widiantono 2008) pengembangan kota berkelanjutan mengedepankan keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial budaya dan ingkungan hidup.
sedangkan berdasarkan Pertemuan persiapan untuk konferensi urbans21 (Berlin Juli 2000) yaitu :

  • Meningkatkan kualitas hidup di kota, ekologis, budaya, politik, institusional, sosial dan komponen ekonomi tanpa meninggalkan beban bagi generasi mendatang.
  • Beban yang merupakan hasil dari modal alam berkurang dan utang lokal berlebihan.
  • Tujuan kami adalah bahwa prinsip aliran, yang didasarkan pada keseimbangan material dan energi dan juga keuangan input / output, memainkan peran penting dalam semua keputusan atas masa depan pembangunan daerah perkotaan.

Bentuk Perkotaan (Urban Forms)
menurut Cliff Moughting with Peter Shirley (2005) adanya hubungan yang kuat antara bentuk perkotaan dan lingkungan, sosial dan ekonomi keberlanjutan.
desing kota dan tata letak fisik.
                           


Pertanyaan utama yang dibahas adalah sampai sejauh mana dan dalam cara apa bentuk kota berkontribusi untuk keberlanjutan.

Bentuk perkotaan yang berkelanjutan berpengaruh terhadap :


  • Kelestarian Lingkungan
  • Transportasi
  • Manfaat Sosial
  • Kelayakan Ekonomi
A. Kelestarian Lingkungan
Yang pertama dibahas adalah Kelestarian Lingkungan manfaat linkungan yang diklaim diperoleh dari bentuk perkotaan yang lebih kompak dimana konsentrasi penggunaan tidak perlu melakukan perjalanan karena emisi yang lebih rendah dari kendaraan.

bentuk perkotaan yang berkelanjutan harus menyediakan ruang terbuka terutama ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk: 

  • Mengurangi permukaan dan suhu udara karena shading surya.
  • Terbebas dari radiasi langit malam.
  • Melakukan ievapotranspiration dari pohon yang mengarah ke peningkatan musim panas untuk kenyamanan termal (Vu et al., 1998).
  • Terbebas dari polusi dan kebisingan kota (Tyrvainen 1997).
  • Tahan terhadap resiko penyangga angin dan mengurangi kadar angin.
manfaat ekologi disarankan untuk ruang terbuka hijau termasuk :
  • Penyediaan ekosistem/lingkungan dengan konsekuensi bagi beragam isu seperti pengendalian banjir, pengelolaan limbah dan pengendalian hama (Bolund dan Hunhanmmar,1999;Attwell,2000;Pauleit dan Duhme,2000);
  • Penyediaan habitat bagi keanekaragaman hayati (Gilbert,1989;Savarad et al.,2000;Kinzing dan Grove,2001);
  • Kesadaraan tentang isu-isu lingkungan di kalangan pengguna.
manfaat sosial mengklaim akses ke ruang hijau mencakup berbagai kualitas dimensi kehidupan, termasuk:
  • meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia (Ulrich,1981;Ulrich et al.,1991;Parsons et al,1998)
  • kesempatan untuk berinteraksi sosial dan kegiatan kelompok dan kemungkinan penurunan kejahatan (Whyte,1980;Skajaelevand and Garling,1997;Tinsley et al,2002)
  • perasaan diperkuat lingkungan lampiran dan masyarakat setempat (Bonaiuto et al.,1999;Langdong,1994)
  • Promosi kebanggan warga dan rasa setempat (Duany dan Plater-Zybrek,1992)
  • memberikan kesempatan untuk kontak dengan alam (Burgess et al.,1988).
B. Transportasi
Selanjutnya adalah Transportasi, bentuk perkotaan yang berkelanjutan dapat mengurangngi baik kebutuhan untuk perjalanan dan memberikan akses yang lebih aman dan lebih mudah untuk fasilitas, kepadatan lebih tinggi.
manfaat dari bentuk-bentuk yanng menyatakan:

  • untuk mengurangi penggunaan mobil, dan mendorong pergeseran ke arah mode yang lebih berkelanjutan untuk wisata, seperti berjalan kaki, bersepeda dan melalui peningkatan penggunaan angkutan umum.
  • namun, tunjangan transportasi tersebut krusial bergantung pada orang yang mengubah perjalanan mereka.
                               

Dari gambar diatas kita bisa melihat ada 3 zona yaitu zona pejalan kaki, zona transit dan zona mobil berorientasi. untuk zona pejalan kaki dengan bentuk bangunan vertikal untuk mencapai dari tempat yang satu ke tempat yang lain cukup dengan berjalan kaki, karena bangunan seperti ini biasanya untuk lantai 1-2  jadikan tempat kerja sedangkan 3-4 dijadikan tempat tinggal. sedangkan untuk zona mobil bentuk bangunan yang horizontal untuk mencapai tempat yang satu ke tempat yang lain harus menggunakan motor atau mobil.
                                 


Dari gambar ini kita bisa melihat, perbedaan antara mobil, bis dan sepeda. Jika semua orang menggunakan mobil volume kendaran dijalanan sangat padat, hal tersebut akan menimbulkan kemacetan dan polusi yang di hasilkan dari setiap kendaraan, apabila semua orang yang tadinya masing-masing mengendarai satu mobil kemudian mereka hanya menggunakan satu bis, hal ini akan menguranngi volume kendaraan dijalan meskipun masih ada sedikit polusi yang ditimbulkan dari bis tersebut. Lain halnya jika mereka menggunakan sepeda ini akan menguranngi polusi karena sepeda tidak menggunakan bahan bakar.

hmm itu dia kicauan saya hari ini dan semoga bermanfaat, tunggu kicauan selanjutnya :)


Referensi :
Materi Kuliah

Sabtu, 05 Oktober 2013

Pembangunan Berkelanjutan

Halo :)
Kali ini saya akan mengulas kembali materi kuliah tentang pembanguna berkelajutan yang dijelaskan olek pak fahmy.'
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan ? hmmm itu dia tujuan utama saya membuat tulisan ini untuk memberi sedikit informasi atau penjelasan tentang pengertian Pembangunan Berkelanjutan. Tapi sebelum itu kita harus tahu dulu apa itu pembangunan dan apa itu berkelanjutan. Pembangunan menurut saya ada sesuatu yang ingin dibangun menjadi sebuah bangunan, itu masih menurut saya yah dan yang pasti semua orang pasti punya persepsi sendiri mengenai apa itu pembangunan. Ini ada sedikit defenisi pembangunan menurut para ahli :

  • Portes (1976) mendefenisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
  • Siagian (1994) memberi pengertian pembangunan sebagai  suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan atau perubahan yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation buildings).
  • Ginanjar Kartasasmita (1994) memberi pengertian yang lebih sederhana , pembangunan sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
  • Pembangunan adalah proses peribahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya aaaaaaaaa (Alexander 1994).
dari beberapa definisi tentang pembangunan yang dikemukan para ahli, namu secara umum pembangunan adalah proses melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supryadi Bratakusumah,2005).

Selanjutnya, defenisi mengenai berkelanjutan. berkelanjutan menurut saya adalah sesuatu yang sudah/pernah ada kemudian dilanjutkan oleh generasi yang baru. ini sedikit defenisi berkelanjutan :
  • Berkelanjutan menurut arti kata berlangsung terus-menerus, berkesinambungan.
  • Sedangkan secara umum berkelanjutan (sustainable) berarti kemampuan untuk menjaga dan mempertahankan keseimbangan proses atau kondisi suatu sistem, yang terkait dengan sistem hayati dan binaan.
Pembangunan berkelanjutan adalah terjemahan dari bahasa inggris yaitu sustainable development. Jadi defenisi pembangunan berkelanjutan menurut Brundtland Report dari PBB (1987) adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip " memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mansyur Khaled. PBB memilih PM Norwegia Nyonya Harlem Brundtland dan mantan menlu Sudan Mansyur Khaled, masing-masing menjadi ketua dan wakil ketua WCDE (World Commission on Environment dan Development). Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Pembangunan bangsa-bangsa didunia mengalami beberapa fase paradigma pembanguna,diantaranya adalah :
  • Paradigma Pertumbuhan Ekonomi, paradigma ini tidak merata hanya orang tertentu.
  • Paradigma Kesejahteraan, paradigma ini sudah mulai merata tapi belum menyentuh.
  • Paradugma Pembanguna Manusia, paradigma ini melihat pembangunan sebagai pembangunan manusia untuk mampu berbuat dan menciptakan sejarahnya sendiri.
Pembangunan berkelanjutan tidak hanya fokus dalam ruang lingkup lingkungan, karena pembangunan mempunyai 3 ruang lingkup kebijakan yaitu: 
  • Pembangunan Ekonomi
  • Pembangunan Sosial
  • Perlindungan Lingkungan
Ketiga hal ini merupakan dimensi yang sangat terkait damerupakan pilar pendorong dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Oke, itu dia sedikit kilas balik tentang materi kuliah Rancang Kota Berkelanjutan tentang Pembangunan Berkelanjutan, Thank you  :) hehe

Referensi
Materi kuliah